Senin, 31 Oktober 2011

-My Great Father part 1-

12 tahun yang lalu di salah satu pedalaman Papua....
"Apakah anak saya Antonius baik-baik saja,Dokter?"
Pria paruh baya yang hampir tak mengenakan satu busana pun kecuali selembar daun pisang muda yang diikatkan di pinngangnya demi menutupi 'benda penting itu' berbicara dengan ayah ku di salah satu ruangan khusus di desa ini.
"panggil saya Jack saja,anak bapak alhamdulillah baik-baik saja.Dia hanya terserang typhus,dan harus dirawat disini selama beberapa hari.Mudah-mudahan ia akan segera sembuh setelah diberikan obat ditambah ramuan tradisional yang ada di hutan ini."
"Terima kasih banyak Dokter,e...Jack "bapak itu menyalami tangan ayah q sambil bercucuran airmata.Bagaimana tidak,anak itu satu-satunya harapan bagi penerus generasi suku Dani yang ada di Papua.Dan bapak itu adalah Keturunan ke -158 yang menjadi Kepala suku yang terkenal karena keberadaan suku ini jauh dari peradaban manusia modern.Mungkin mereka termasuk salah satu dari kumpulan suku di dunia yang masih menganut kebiasaan manusia purba.Anak lelakinya yang hampir satu bulan penuh terbaring tak berdaya seperti mau mati karena penyakit yang tidak diketahui sebabnya.
Aq dan ayah q tak sengaja melewati suku ini saat kami menuju kota Wamena yang berada di Papua Barat untuk tinggal disana selama beberapa bulan/tahun.Kami digiring menuju kepala suku untuk memberikan barang-barang kami kepada mereka.Hingga akhirnya ayah q menawarkan keahliannya saat menjadi anggota terbaik Palang Merah Internasional saat mengatasi penyakit-penyakit berbahaya di Haiti.Mulanya banyak yang tak percaya dengan kata-kata ayah,bahkan wanita-wanita tanpa busana disana sudah mulai menggoda ayah q.
Akhirnya ayah menawarkan semua barang penting kami untuk jaminan kesembuhan anak kepala suku tersebut.Demi masa depan Suku akhirnya kepala suku menerima tawaran Ayah q.
Ini sudah hari ke-10 kami berada disini,dan melihat perkembangan pada Antonius,pewaris selanjutnya keturunan kepala suku Dani,banyak warga suku ini yang ikut memeriksakan diri untuk meminta pengobatan dari ayah q.Kami dibangunkan sebuah gubuk untuk kami tinggal hingga anak kepala suku itu bangun.
Budaya disini adalah menjodohkan anaknya sejak umur 5 tahun dengan anak dari suku lain atau suku Dani sendiri dan dinikahkan ketika berumur 10 tahun.Banyak sekali keluarga suku yang mulai melirik kepada q yang saat itu masih berumur 6 tahun,yang menurut mereka waktu yang pas menjodohkan anak mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar